CERPEN

 

Peristiwa di Sungai

Peristiwa di Sungai

Disebuah desa terpencil yang tidak jauh dari perkampungan, hiduplah seorang nenek bersama kedua cucunya yang kembar dan cantik, bernama Kumala dan Kumily. Namun mereka sangat bahagia. Mereka hidup dengan keadaan yang sangat sederhana. Mereka bertenak ayam, bebek, dan kambing. mereka juga memiliki lahan yang tidak terlalu lebar, lahan tersebut hanya ditanami sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari seperti tomat, cabe, kangkung, daun ubi dan sayuran yang lainnya.

Seperti biasa sang nenek pergi kehutan untuk mencari kayu bakar, karna persediaan kayu bakar mereka sudah habis, sedangkan sang cucu tinggal di rumah untuk mengurusi ternak dan kebun mereka.

“Kumala, nanti kalau sudah selesai mencuci pakaian, tolong berikan kambing-kambing itu makan ya!” perintah nenek.

“iya nek,” jawab kumala dengan sigap.

“nenek mau cari kayu dulu di hutan, baik-baik kamu sama Kumily, bagi tugas dengannya agar pekerjaan kalian selesai lebih cepat” Kata sang nenek sambil pergi.

“Baik, aman tuh nek kami pasti bagi-bagi tugas kok. Nenek jangan khawtir ya” Kata Kumala dengan jawaban yang ceria.

Akhirnya sang nenek pergi meninggalkan ke dua cucunya, menuju kehutan yang tidak jauh dari rumah mereka.

Kumala mulai membereskan rumah, mengumpulkan pakaian-pakaian yang kotor untuk dicucinya. Dia mulai menyapu rumah yang berlantaikan tanah dengan sapu lidi sampai pada halaman rumah, setelah pekerjaan itu selesai ia kemudian memberi makanan ternak-ternaknya. Ayam-ayam di berikan jagung dan padi dan kambing-kambing diberikan rumput  yang kemarin dicari oleh kumily.

Setelah semua beres barulah kemudian dia pergi mencuci pakaian ke sungai yang letaknya tak jauh dari rumah mereka. Dia membawa pakaiannya dengan bakul yang terbuat dari bambu itu sambil bersenandung gembira dengan suara merdunya

kuingin melakukan yang baik untuk semuanya, agar semuanya senang, kuingin nenek merasa bangga padaku, oh nenekku tercinta, oh nenekku tersayang”

Disisi lain Kumily yang baru saja bangun dari tidurnya, melihat semua pekerjaan telah selesai dikerjakan oleh Kumala, ia membuka tudung saji yang ada di meja, makanan sudah tersedia karena sebelum nenek berangkat kehutan mencari kayu bakar sang nenek sudah memasak nasi dan menggoreng tempe untuk sarapan paginya.

Kumily yang baru bangun tidur dan belum mandi merasakan perutnya sangat lapar, langsung saja makanan yang ada di meja disantapnya. Setelah ia merasa kenyang kemudian ia keluar melihat ayam dan kambing, ternyata sudah diberi makan.

“Kumala pasti sudah memberinya makan, ya udahlah, apalagi yang harus aku kerjakan, semua telah dikerjakan oleh kumala. Mungkin Kumala sedang mencuci pakaian di sungai. Biarlah dia menyelesaikannya,” gumamnya sambil ia kembali rebahan di dipan depan rumahnya. Tubuhnya masih begitu lemas, karna seharian ia mencari rumput untuk makanan kambing dihari sebelumnya.

Sementara itu si Kumala yang sedang asyik mencuci pakaian sambil bersenandung, tiba-tiba mendengan suara oarang memanggil namanya, “Kumala, Kumala, Kumala” suara itu lembut dan sangat pelan.

“Siapa itu?” sahut Kumala

“Ini aku, ikutlah denganku” kata suara itu

Kumala melihat di sekitarnya, dan ia tidak melihat siapapun. Ia jadi tambah penasaran, Kumala kemudian bertanya lagi kali ini dia sedikit berteriak “Jangan main-main aku tidak suka, dimana kamu, tunjukkan siapa kamu?

“Aku disini, Kumala di sampingmu” sahut suara itu kembali.

Sesosok wanita berpakaian lusuh dan bermata merah tiba-tiba muncul di dekat ia mencuci pakaian, kumala sangat terkejut melihat sosok tersebut.

“Ini aku Kumala, aku yang berbicara padamu tadi.” Kata suara tersebut.

Alangkah terkejutnya Kumala, ada rasa takut menyelimuti hatinya, tubuhnya gemetaran melihat sosok yang menyeramkan tersebut tiba-tiba muncul didekatnya. Kemudian ia bergegas mengumpulkan semua pakaiannya dan pergi meninggalkan sungai dengan rasa ketakutan yang luar biasa.

Sesampainya di rumah dia berteriak sambil memanggil-manggil nama Kumily.

Kumily yang sedang berbaring didipan terkejut dan bertanya pada kumala dengan nada herannya, “ada apa Kumala, ada apa?” tanya Kumily sambil merasa heran.

“Anu, anu, Kumily aku baru saja melihat hal yang mengerikan, aku merasa takut, makanya aku berlari pulang, padahal aku belum menyelesaikan cucian ini!” sahutnya dengan nada yang ketakutan.

“Apa itu Kumala. Apakah kau melihat hantu.” Tanya Kumily penasaran.

“Iya Kumily, wajahnya begitu seram, ia memakai pakaian yang lusuh,” sahut Kumala sambil memeluk Kumily dengan eratnya.

“Kenapa bisa ada hantu ya pagi-pagi begini, mungkin kamu salah lihat orang Kumala?” tanya Kumily heran.

“Matanya merah Kumily, aku takut melihatnya. Dia bilang padaku untuk ikut padanya, saat itu juga aku bergegas berlari meninggalkan sungai itu kumily, aku tidak mau lagi kesungai, aku takut,” sahutnya sambil memelas pada Kumily.

“Ya, Tuhan!” dengan nada terkejut ia mendengarkan perkataan saudara kembarnya tersebut.

Di dekap kembali tubuh Saudara kembarnya yang gemetaran itu dengan tambah erat. Ada rasa sesal menyelimuti hatinya.

“Seandainya ada apa-apa dengan Kumala, ya tuhan, aku pasti tak memaafkan diri ini, kenapa aku bisa bangun telat hari ini. Sungguh sayang Kumala, harus mengalami hal yang mengerikan sendirian” rasa sesal dalam Gumamnya sambil membayangkan saudara kembarnya di sungai sendirian dan mendapatkan kejadian yang membuat saudaranya begitu ketakutan.

“Maafkan aku, Kumala, aku membiarkan kau pergi kesuangai sendirian hari ini, aku menyesal kenapa aku harus bangun telat dan tidak menyusulmu ke sungai tadi.” Bisik Kumily pada saudaranya itu.

“Ya sudah, hari ini kita jangan kesungai dulu ya. Kita mencucinya di sumur saja, aku yang mengabilkan airnya, jangan takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemani.” Kata kumily sambil menenangkan hati saudaranya yang ketakutan tersebut.

Sejak itu mereka melakukan semua hal bersama-sama. Mereka tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Kejadian itu membuat mereka semakin kompak dan selalu bersama kemanapun.


 


Comments

Popular posts from this blog

Perkembangbiakan Vegetatif dan Generatif Pada Tumbuhan

Kepergian Sang Panglima

SYAIR PENA PENGUBAH WARNA KESEDIHAN