SAAT SENJA BERCERITA
Setelah mengobrol sampai adzan Subuh berkumandang, aku mengajak Papa untuk sholat bersama. Tapi aku malah mendapatkan jawaban yang sangat mengejutkan, dari bibir Papa yang gemetar.
"Papa nggak bisa sholat Cher, Papa lupa semua bacaannya," ucap Papa malu.
"Nggak masalah Pa, nanti Cherry yang akan bantu Papa agar bisa sholat dengan sempurna. Kita juga belajar mengaji sama-sama ya Pa."
Papa tersenyum haru dan mengangguk. Lalu aku membantu Papa, untuk mengambil wudhu di kamar mandi.
Setelah sama-sama mengambil wudhu, aku membantu membentangkan sajadah yang untungnya bisa aku temukan di salah satu lemari pakaian di kamar milik Papa. Sementara aku, untung mukena selalu tersedia di dalam tas ransel yang aku bawa.
"Papa lihat saja dulu Cherry, ikuti setiap gerakan yang Cherry lakukan. Nanti pelan-pelan Papa akan aku bantu, untuk menghafal semua bacaan sholat."
Papa tersenyum, dan mengangguk. Lalu kami mulai sholat subuh, dan Alhamdulillah berjalan lancar.
Selesai sholat subuh, aku membantu Papa berbaring di tempat tidurnya. Setelah memastikan Papa sudah tertidur, aku pergi ke kamarku yang berada tepat di sebelah kamar Papa.
Begitu memasuki kamar, aku tersenyum melihat kamar ini sama persis dengan yang diceritakan oleh Kak Agni. Semua foto masa kecilku, aku lihat dengan seksama.
Lucu sekali, di samping setiap foto dituliskan keterangan tanggal dan waktu foto itu dibuat. Seperti pertama kali merangkak, usia Cherry tujuh bulan jam sembilan pagi, lalu tanggalnya juga tertera jelas disana.
Perlahan kantuk datang, aku akhirnya berganti baju dengan yang tersedia di dalam lemari. Walaupun dasternya agak kekecilan, tapi tetap nyaman untuk aku pakai tidur. Pakaian dalam, aku sudah membawa beberapa pasang. Jadi tidak perlu memakai yang kekecilan, atau kebesaran didalam lemari itu.
Setelah itu aku merebahkan tubuh diatas kasur empuk, yang memakai seprei cantik berwarna putih tulang.
Tidak lama aku terlelap, tapi perlahan kesadaranku muncul kembali saat terdengar isak tangis seorang pria di telingaku.
Aku membuka mata, dan di depanku terlihat seorang pria dewasa sedang menangis sambil melihat selembar foto di tangan kanannya.
"Maafkan Papa, karena sudah meninggalkan kalian hanya untuk kesenangan sesaat yang berakhir penyakit mematikan. Semua salah Pak Hendri, dia yang mengajak Papa untuk menjalani hubungan terlarang itu. Pak Hendri mengiming-imingi jabatan, dan gaji yang luar biasa pada Papa. Tapi ternyata, itu hanya kesenangan sesaat. Karena setelah ketahuan, Papa malah jadi kehilangan kalian. Lalu berakhir mengidap penyakit mematikan ini. Papa rindu kalian, boleh Papa kembali lagi?"
Aku menangis, saat menyadari laki-laki ini adalah Om Rizky pasangan Papa yang sudah meninggal bunuh diri.
Om Rizky mengeluarkan pisau, lalu dia melukai nadi di tangan kanannya sampai terluka parah. Belum selesai sampai disitu, Om Rizky berdiri dan mulai memasang tali tambang di besi pembatas balkon. Lalu Om Rizky mengalungkan tali itu di lehernya, dan beliau loncat sampai tewas dengan kondisi tergant*** dan nadi yang terus mengeluarkan darah segar.
Aku hanya bisa diam, karena masih tidak mengerti kenapa diperlihatkan hal seperti ini padaku.
Tiba-tiba Om Rizky sudah berdiri di depanku, dia tersenyum sinis dengan tali tambang masih terlilit di lehernya.
"Kenapa Om ingin aku melihat ini semua?" tanyaku tenang.
"Karena aku ingin kamu tahu, semua kebusukan Papamu yang sudah menghancurkan hidupku! Tapi lihat sekarang, dia malah bisa hidup bahagia denganmu putri satu-satunya yang sudah dia tinggalkan dulu!" teriak Om Rizky, dengan amarah yang tidak terkendali.
Aku masih tetap tenang, dan menatap mata Om Rizky datar.
"Aku tahu, dan sudah sangat mengerti Om. Bukannya dulu kalian berdua dengan bangga memamerkan kebahagiaan kalian di depanku? Om dan Papaku sengaja memelihara anjing ras besar. Kalian sama-sama merawatnya, dengan penuh kasih sayang. Tapi saat aku datang ke rumah kalian, untuk memperlihatkan rapotku yang mendapatkan juara satu. Om malah melepaskan anjing-anjing itu untuk mengusirku! Papa pasti tidak tahukan, tentang masalah itu!" tantangku.
Om Rizky terlihat kaget, dia pasti tidak menyangka bocah SD yang dulu berhasil dia usir menggunakan anjing! Sekarang menjelma menjadi remaja berusia tujuh belas tahun, yang dengan berani menantangnya! Padahal tampilan Om Rizky terlihat sangat menyeramkan.
"Dengar Om, karma itu karya manusia! Jadi bagaimana rasanya menikmati hasil karyamu!" teriakku lantang.
"Itu bukan salahku, itu salahmu sendiri yang terus menerus ingin mendapatkan perhatian kekasihku!" balasnya.
Aku tertawa, dan berhenti tiba-tiba sambil menatap Om Rizky tajam.
"Kau ini lucu Om, yang namanya anak pasti akan selalu haus dengan kasih sayang kedua orang tuanya. Ohhh, Cherry lupa kalau Om tidak punya kasih sayang pada anak dan istri sendiri. Om dengan bangga mengatakan pada anak dan istrimu, kalau lebih memilih Papaku yang kaya raya. Sehingga bisa menikmati kehidupan duaniawi, yang sebenarnya hanya sesaat saja bisa Om kecap rasa manisnya! Setelah kau membuat dua orang anak kandung dan istrimu merasakan sakitnya dikhianati, kau masih ingin menyakiti aku yang juga adalah korbanmu! Iya, jawab kalau ditanya!" bentakku kasar.
Om Rizky terdiam, dan dia terlihat shock. Lalu aku melihat air mata perlahan menetes di pipinya.
"Om hentikan mencari kambing hitam, dari kesalahan yang Om dan Papa buat sendiri. Jadilah sosok dewasa, yang belajar legowo dan bisa menerima setiap akibat dari perbuatan yang kalian lakukan di masa lalu. Jarak usia kita memang jauh, tapi asal Om tahu pola pikir aku jauh lebih dewasa daripada Om!" tegasku.
"Kamu hanya anak kecil yang pintar bicara!" ejeknya, sambil terus menangis.
"Bukan, Cherry hanya belajar menerima dan memaafkan semua orang yang sudah menyakiti aku di masa lalu. Jujur saja, tidak ada gunanya menyimpan dendam. Karena rasanya sakit, setiap mengingat luka yang kalian goreskan di memory masa kecilku. Rasanya lelah, harus terus menangisi masa lalu yang jelas-jelas tidak akan pernah bisa diulang atau diperbaiki lagi. Lebih baik aku mulai menata masa depan, agar tidak terjerumus di lembah hitam yang sama dengan Om dan Papa."
"Apa anak dan istri Om, juga berpikir seperti kamu?" tanya Om Rizky.
"Tidak tahu, kan Cherry tidak kenal," jawabku jujur.
"Sebentar lagi kau akan berkenalan dengan mereka. Karena Bunda Puspamu itu, adalah Mbak sepupunya Om. Kamu tanya saja dengan Bunda Puspa. Karena sebenarnya, dia tahu semuanya. Bahkan masuknya kamu ke dalam KK milik keluarganya, karena Bunda Puspa merasa bersalah padamu. Padahal bukan salah Bunda Puspa, tapi beliau adalah wanita berhati lembut. Jadi tidak tega, saat melihat kamu harus menanggung kesepian dan kesedihan akibat ulah Om yang hanya sepupunya saja."
Aku tersentak kaget mendengarnya, karena tidak pernah menyangka kalau Bunda Puspa sudah tahu semuanya dari awal pertemuan kami.
"Jangan membenci Bunda Puspa, karena dia tidak pernah bermaksud jahat padamu. Semua yang Bunda Puspa lakukan, adalah untuk kebaikanmu. Om titip ini, tolong berikan pada anak dan istri Om ya? Bilang pada mereka, Om menyesal tapi sudah tidak bisa memperbaiki apapun lagi."
Comments
Post a Comment