Mengikat Rindu Dengan Tulisan

Rindu adalah suatu hal yang terjadi pada diri seseorang untuk melihat ulang peristiwa yang pernah terjadi pada masa lalu orang tersebut dan orang menyebutnya sebagai kenangan.

Kenangan itu bisanya dilakukan bersama orang-orang yang dianggapnya berharga dalam hidup.

Bisanya rasa kerinduan itu hadir menjelma di lubuk hati pada saat berada di kesendirian. Di mana saat merasa sendiri jiwa dan pikiran mulai menjelajah ke memori-memori yang sudah lama tersimpan namun berkesan, jadi seolah ingin kembali ke masa tersebut namun kenyataannya diri sudah jauh dari masa itu. Sehingga hal tersebut tidak dapat lagi terwujud. Pada akhirnya membentuk butira-butiran kerinduan akan masa-masa itu.

Tak jarang orang menjadi depresi jika tidak dapat mewujudkan keinginannya tersebut.

Namun bagi orang-orang yang cerdas dan menyadari akan hal tersebut justru menyimpannya dalam bentuk memori yang berbeda apakah video, rekaman suara, bahkan menulis semua peristiwa yang terjadi setiap harinya baik di buku harian (diary) atau di blog pribadinya.

Semua itu mereka lakukan agar memberi kemudahan bagi mereka kelak menuntun memori mereka ke masa itu dengan langsung merasakannya dari apa yang mereka lakukan (meninggalkan jejak memori)

Hingga rasa kecewa yang hadir nantinya dapat di minimalisir sebab hati dan jiwa manusia akan merasa puas jika apa yang diinginkannya telah terwujud Meski hanya beberapa persen dari bagian masa lalu tersebut sudah dapat dirasakan.

Seperti hal yang saya alami saat ini. Saat saya terbaring lemah di ruang Rajawali Kelas 1 Rumah Sakit Ali Kasim Gayo Lues, akibat kelelahan dan kurang menjaga pola makan teratur, saya divonis oleh dokter bahwa gula darah saya mengalami penurunan. Walaupun sebenarnya penurunannya tidak begitu drastis yaitu 83 dengan tekanan darah 90/60 namun hal itu mampu membuat kondisi tubuh saya menjadi sangat lemah dan lunglai tak mampu melakukan apapun, kepala terasa berat (pusing bukan kepalang) perut berasa mual. Tubuh menggigil luar biasa seolah berada di tumpukan salju namun suhu tubuh 39,3 derajat, tangan dan kaki sudah mulai berasa kram dan pandangan mata sudah mulai tidak begitu terang.

Melihat cahaya terang, suara bising dan orang² berseliweran membuat kepala tambah pusing dan perut diputar menjadi mual. Komplitlah sudah penderitaan.

Hari ini sudah hari keempat saya berada di ruangan ini sudah dua kali saya diinfus karena infus pertama ditangan sebelah mengalami bengkak. Kini berpindah ke sebelah kanan.

Alhamdulillah di hari keempat ini saya sudah merasa baikan, keluhan ditubuh saya satu persatu pergi menghilang akibat injeksi yang di suntikan terus menerus sesuai jadwal membuat semua yang bersarang kabur. Pikiran menjadi tenang dan nyaman, tidur juga pulas alis nyenyak.

Namun ternyata yang namanya hidup tidaklah semudah yang dibayangkan. Selesai satu ternyata datang yang lain. Kebosanan melanda diri, karena merasa seolah terkurung sendiri di kamar tanpa aktivitas, yang biasanya saya lakukan.

Saya mulai memikirkan hal-hal yang saya anggap berkesan dalam hidup saya, mencoba mengingat kembali masa-masa tersebut. Ya saya merindukan kegiatan menulis saya bersama sahabat-sahabat saya di komunitas menulis gelombang 17. Di sana ada ibu Aam, ibu Kanjeng (Sri Sugiastuti), Pak Wijaya Kusumah, Pak Nana Wihana dari Majalengka, Ibu Rita Wati, Mr. Bram's dan lainnya, mereka semua sahabat-sahabat hebat yang sangat luar biasa.

Saya bersyukur dulu saat saya mengikuti kegiatan tersebut saya pernah diajak menulis buku antologi oleh Ibu Kanjeng buku tersebut berjudul The Power of Silaturahmi in Writting.

Saya buka kembali buku tersebut dan membacanya sampai habis, hati dan jiwa saya puas karena rindu yang saya rasakan kini tersampaikan.

Saya merasa bahagia, seolah saya kembali kemana tersebut mengingat bagaimana saat-saat belajar menulis bersama mereka yang penuh semangat serta antusias, saling memberi motifasi dan dukungan serta masukan yang membangun sehingga membuat rasa percaya diri muncul keterbukaan jiwa. Dan keinginan menulis sejak saat itu tidak pernah putus, hanya saja kesibukan yang membuat silaturahmi di grub terkadang tidak seintes waktu itu.

Terimakasih buku The Power Of Silaturahmi In Writting. Buku ini begitu berkah dan berguna bagi hidup saya, dan saya akan terus mengenang peristiwa itu dari buku ini.

Buku ini juga mengajarkan saya untuk menulis lebih bijak dan lebih jujur untuk menulis semua yang terjadi di diri saya, karna akan berguna kelak untuk saya nantinya ketika saya merindukan hal-hal yang tak mungkin saya ulang kembali.

Salam Literasi dari saya

Comments

Popular posts from this blog

Perkembangbiakan Vegetatif dan Generatif Pada Tumbuhan

Kepergian Sang Panglima

SYAIR PENA PENGUBAH WARNA KESEDIHAN