KISAH SEORANG HERMAN

KISAH SEORANG HERMAN


Tausiah kali ini berkisah tentang seorang Herman yang ditonjok di Mekkah saat menjalankan ibadah hajinya. 

Ini adalah kisah nyata yang dialami Herman seorang PNS yang di kenal tempramental, iya di juluki sebagai Jawara di daerah tempat tinggalnya.

Suatu ketika ia berkesempatan menunaikan ibadah haji. Setelah selesai ia di tugaskan sebagai PNS, Herman sering di beri tanggungjawab oleh warga sekitar untuk menjaga keamanan di daerahnya sekitar yang mengganggu. Mulai dari urusan kebersihan, keamanan hingga urusan yang kadang tidak sesuai pada tempatnya. Hal yang sangat wajar, sehingga Herman menjadi sosok yang sangat di segani.

Sehari-harinya Herman selalu melakukan blusukan, kegiatan ini telah menjadi rutinitasnya diluar pekerjaannya sebagai PNS, namun siap sangka ternyata Herman memiliki cita-cita mulia yakni ingin memunaikan ibadah Haji. Dirinya tidak merasa malu meski memiliki julukan jawara dan PNS golongan rendah. Keinginannya untuk pergi haji sudah sangat kuat.

Impiannya untuk naik haji bukan hanya niat belaka namun ia selalu konsisten dan banyak hal yang dilakukannya untuk terus memperbaiki diri. Untuk itu dirinya berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya, Herman selalu menyisikan uangnya untuk bekal ongkos naik haji. Ia tidak peduli dengan penghasilan PNSnya yang pas-pasan. Keyakinannya hanya satu ia hanya ingin ke Mekkah. Akhirnya tabungan Herman pun cukup untuk berangkat naik haji. 

Tiba di tanah suci, Herman mengalami pengalaman spiritual yang begitu membekas di hatinya. Kisah ini ia ceritakan kepada Ustadz muda yang ada di lingkungannya. Sebut saja ustadz Uzay.

Ustadz tersebut sering menyampaikan kisahnya dalam khotbahnya di setiap kesempatan. Kejadian aneh itu terjadi Ketika ia tiba di tanah suci. Tiba-tiba Herman sempoyongan seperti ada seorang yang secara sekelebat memukulnya dari sisi samping. Namun saat ia menoleh orang yang memukulnya tidak ada. Ini dia alami di Mekkah dan di Madinah. 

Herman menghitung setidaknya ia mendapat kurang lebih dua puluh kali pukulan gaib tersebut. Bahkan tak jarang ia di pelototi oleh seorang yang bertubuh tinggi dan berkulit hitam legam. 

Herman terheran-heran kenapa hal itu bisa terjadi pada dirinya. Setiap kena jotos Herman sekuat tenaga mengerahkan kemampuannya untuk bersikap awas agar dapat mengetahui siapakah gerangan si pemukul misterius tersebut. Sebab ia mengira sekalipun di tanah suci masih saja ada orang yang iseng memukulnya, namun kewaspadaannya sia-sia. Tetap saja kena pukul. 

Kalau satu atau dua kali kena pukul karena factor berebut tempat, berdesak-desakan itu wajar saja terjadi karena Jemaah haji begitu banyak. Tapi kalua kena pukul sampai dua puluhan kali pasti ada yang tak beres. Ujar Herman terheran-heran.

Kejadian itulah yang membuat Herman termenung. Apa sebenarnya yang di isyaratkan oleh Allah SWT kepadanya dengan kejadian itu. Apakah ada yang salah dengan Langkah dan niatnya dalam menunaikan ibadah haji ini. Herman selalu bertanya-tanya dalam hatinya tanpa tahu jawabannya. Walaupun demikian Herman tetap menjalankan ibadah hajinya.

Suatu Ketika Herman menuniakan ibadah tawaf dan mengumandangkan kalimah talbiyah, tiba-tiba ia merasakan nyeri luar biasa di perut dan pipinya. Sepertinya sosok gaib memukulnya Kembali, namun kali ini pukulannya sangat dahsyat sampai ia ambruk kelantai di depan Ka`bah. Lalu cairan merah keluar dari mulut Herman. Pelipisnya pun juga keluar darah, sehingga menetes ke lantai.

Herman kemudian menyingkir dari kerumunan Jemaah lalu terduduk pucat di tempat yang menurutnya cukup aman dari resiko diinjak-injak para Jema`ah yang melakukan tawaf.

Ia tak mengerti apa yang menimpanya. Dalam kebingungan dan kepedihannya ia berujar pelan menyebut nama Allah. “Saya pasrah ya Allah, saya pasrah apa yang engkau timpakan kepadaku, aku berserah diri kepada-Mu.” Ujar Herman melirih sambal menahan rasa sakit. Saat itu tiba-tiba ada seorang kakek menghampirinya. Kakek itu menghampiri tubuh Herman, sesaat kemudian kakek itu menyerahkan sebuah botol air kepada Herman yang sedang terduduk lemas. 

“Ini air zam-zam, usaplah luka di pelipismu dengan air ini dan juga perutmu itu, insyaallah Allah akan memberi kesembuhan.” Ujar sang kakek dengan nada pelan.

Herman menuruti apa yang disarankan oleh sang kakek. Ajaibnya secara perlahan, rasa sakitnya mereda bahkan luka di pelipisnya semakin merapat dan tak lagi mengalir, hingga akhirnya Herman merasakan sembuh total.

Sesampainya di tanah air, ia masih tak mengerti dengan kejadian yang menimpanya itu. Herman hanya merasa bahwa saat  peristiwa yang menimpanya itu adalah ujian Allah dalam proses pertobatannya. 

Beberapa waktu kemudia ia baru teringat pernah memukul seorang tukang becak di pasar dengan lokasi tak jauh dari rumahnya. Ketika itu Herman mengendarai motor Vespa miliknya mau berbelok.

Tiba-tiba muncul becak yang posisi becak sudah benar, hanya saja motor Vespa yang dikendarai Herman melaju dengan kecepatan sangat kencang hingga motor yang di kendarainya menyerempet tukan becak, Herman pun terjingkang jatuh. Pembawaan Herman kala itu bertempramen tinggi, bukannya meminta maaf atas kesalahannya, namun malah marah-marah sampai naik pitam. Herman pun memukul perut dan pelipis tukan becak yang tak bersalah tersebut hingga babak belur serta berdarah. 

Beruntung kejadian tersebut di lerai oleh seorang mandor pasar. Sehingga tukan becak tidak sampai pingsang karena pukulan Herman. 

Kejadian yang menimpa Herman saat di tanah suci. Kejadian tersebut membuah herman tersadar. Herman yang sebelumnya memiliki sikap temperamental kini tampak lebih tenang dan tak suka marah-marah lagi. Ia semakin rajin dalam melakukan ibadah dan selalu terlibat dalam kegiatan agama di lingkungan rumahnya.


Comments

Popular posts from this blog

Perkembangbiakan Vegetatif dan Generatif Pada Tumbuhan

Kepergian Sang Panglima

SYAIR PENA PENGUBAH WARNA KESEDIHAN