Peran Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Teori Belajar

 

Peran Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Teori Belajar

 Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Kali ini kita akan membahas tentang peran penting pendidikan dalam pengembangan teori belajar.

Agar memperoleh pijakan berpikir, tentunya cukup strategis jika sebelum mengenal berbagai teori belajar dipahami dulu peran sebagai filsafat pendidikan dalam mengembangkan teori belajar.

Berbicara tentang filsafat pendidikan, ada suatu pertanyaan yang mendasar, adakah filsafat pendidikan yang khas di Indonesia?

Beberapa alasan kesulitan dalam merumuskan filsafat pendidikan yang ada di Indonesia.

Pertama dengan kemajemukan budaya Indonesia sebab tradisi dan budaya setiap suku berbeda-beda, padahal sebuah filsafat harus berakar pada tradisi dan budaya agar dapat dirasakan sebagai milik masyarakat tersebut.

Kedua Dengan kemajemukan seperti itu, bagaimana filsafat pendidikan hendak ditempatkan dalam kerangka pendidikan yang berliku universal, menjadi milik seluruh bangsa Indonesia, dan mencirikan filsafat pendidikan yang khas Indonesia.

Jadi ketika Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan semacam filsafat pendidikan (lebih dapat jika di disebut filsafat pembelajaran) dengan mengungkapkan konsep 3N, yaitu niteni (memahami esensi dan menandai ciri-cirinya), nirokake (menirukan), nambahi (mengembangkan). Tatkala seorang siswa sedang diajar oleh gurunya terlihat pengaruh behaviorisme di sini.

Ki Hadjar Dewantara

Filsafat pendidikan berkembang sejak keperluan atas pendidikan sendiri berkembang, kebutuhan semacam ini menguat sejak zaman Yunani kuno. Tidak heran jika kita bicara tentang filsafat pendidikan muncul nama-nama seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles.

Banyak sekali mahzab atau aliran atau aliran tentang filsafat pendidikan yang berkembang, tetapi dari sekian banyak aliran itu hanya aliran behaviorism yang secara utuh menyajikan sekaligus teori belajar yaitu teori behaviorism.

Socrates

Sementara itu kebanyakan teori belajar yang lain muncul menerapkan gagasan dasar basic ideas dari beberapa atau sejumlah filsafat pendidikan, misalnya teori belajar konstruktivisme berkembang sebagai implementasi gagasan dasar dari filsafat pragmatisme dan rekonstruksionisme sosial. Filsafat pragmatisme kemudian berkembang menjadi filsafat progresivisme.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Sokrates, Plato, dan Aristoteles merupakan tiga orang legenda sebagai filosofi Yunani kuno.

Sokrates dikenang sebagai personifikasi dari kebijaksanaan (wisedom) serta filosofi kehidupan. Ia mewariskan kepada dunia pembelajaran dengan apa yang sekarang disebut sebagai metode Sokretes.

Dalam metode ini guru bertanya kepada peserta didik secara berulang-ulang untuk membantu mereka memahami secara jernih hasil pemikirannya.

Plato sebagai murid dari Sokretes mengembangkan metode dialog untuk memahami bahan ajar.

Plato

Aristoteles sebagai murid Plato amat terkenal karena pengetahuannya yang mendalam tentang berbagai hal, dialah yang menuliskan gagasan Sokrates maupun Plato, serta banyak mengembangkan gagasan filsafatnya sendiri hingga diawasi oleh dunia.

Mengapa filsafat itu penting? ini adalah sebuah pertanyaan mendasar bagi kalangan pendidik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap praktik pendidikan di sekolah, setiap pembelajaran oleh guru, selalu dilandasi oleh seperangkat keyakinan yang bersumber kepada filsafat pendidikan, dan pengaruhnya terhadap apa dan bagaimana seharusnya peserta didik dibelajarkan.

Aristoteles

Filsafat sebagai karya pikir manusia mampu menunjukkan pengertian hakiki tentang sesuatu dan digunakan oleh manusia.

Filsafat pendidikan menjawab berbagai pertanyaan tentang tujuan persekolahan, peranan guru, dan tentang apa yang harus diajarkan, kurikulum, dan dengan metode apa hal itu harus diajarkan.

Atas dasar itu pendidikan menyusun deskripsi tentang apa yang seyogianya dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia.

Sementara itu, George F. Killer dalam publikasinya berjudul Introduction to the Philosophy of Education mengidentifikasikan hubungan antara filsafat dengan pendidikan (Bernadib, 1996:11).

Awal sekali dilakukan identifikasi pendekatan yang ada dalam filsafat, jika kemudian pendekatan filsafat itu diharapkan dalam pendidikan maka terbentuklah filsafat pendidikan. Pendekatan dalam filsafat itu adalah Spekulatif, Preskriptif, dan Analitis.

1.   Spekulatif

Spekulatif Berarti memikirkan secara sistematis tentang segala sesuatu yang ada. Pendekatan spekulatif diterapkan dalam bidang pendidikan bila diperlukan konsep tentang kenyataan. Hal ini didorong oleh daya manusia yang ingin segala sesuatu sebagai keseluruhan holistic.

2.   Preskritif

Preskriptif adalah upaya untuk menyusun standar pengukuran tingkah laku, nilai, norma, kaidah, termasuk menemukan mana yang baik, buruk, benar, salah dan lain-lain. Pendekatan preskriptif terkait dengan penyusunan konsep tentang pendidikan kesusilaan dan etika.

3.   Analitis

Analitis adalah sebuah pendekatan yang berupaya untuk mengenali makna sesuatu dengan menganalisis kata, frasa, kalimat atau bahasa pada umumnya. Pendekatan analisis dalam pendidikan diperlukan karena sejumlah konsep dalam pendidikan diperlukan kejelasannya.

Dalam konteks bagaimana pembelajaran dilakukan, secara historis filsafat pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu.

a.    Filsafat pendidikan yang berasumsi guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered philosophies)

Teacher-centered philosophies dikatakan cenderung lebih otoriter dan konservatif dan menekankan perkembangan nilai-nilai dan pengetahuan yang telah hadir sejak dulu sampai sekarang. Aliran pokok filsafat ini berpusat kepada guru yaitu esensialisme dan perenialisme.

 

b.   Filsafat pendidikan yang berasumsi siswa sebagai pusat pembelajaran (student-centered philosophies).

Student-centered philosophies lebih berfokus pada kebutuhan pembelajar, kontemporer dan relevan, serta menyiapkan peserta didik untuk perubahan di masa depan. Sekolah dipandang sebagai suatu lembaga yang bekerja dengan kaum muda untuk membangun dan memperbaiki masyarakat atau para peserta didik menyadari tanggungjawab individual mereka di masyarakat.

Aliran pokok dari paham ini adalah progresivisme, rekonstruksionisme sosial, dan eksistensialisme.

Dalam hal ini guru dan peserta didik bekerjasama untuk menentukan apa saja yang harus dipelajari dan bagaimana cara terbaik untuk mempelajarinya.  

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pokok dari filsafat pendidikan antara lain adalah esensialisme, perenialisme, progresivisme, eksistensialisme, dan rekonstruktionisme sosial.

 

By. Fitria Ratnawati

NPA: 01180500096

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perkembangbiakan Vegetatif dan Generatif Pada Tumbuhan

Kepergian Sang Panglima

SYAIR PENA PENGUBAH WARNA KESEDIHAN